Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan tanaman yang dapat menghasilkan minyak selain kelapa dan kacang-kacangan. Dalam perkembangannya melalui salah satu produknya yaitu minyak sawit, kelapa sawit memiliki peranan penting antara lain mampu mengganti kelapa sebagai sumber bahan baku mentah bagi industri pangan maupun non pangan dalam negeri (Sastrosayono, 2003).
Tanaman kelapa sawit merupakan jenis tanaman yang membutuhkan penyinaran yang normal dimana lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara 5-7 jam/hari. Oleh karena kebutuhan cahaya ini maka jarak tanam kelapa sawit harus dibuat dengan ukuran 9m x 9m x 9m sehingga semua tanaman akan mendapatkan cahaya yang cukup untuk menghindari etiolasi.
Kelapa sawit memerlukan curah hujan yang sangat tinggi yaitu 1.500 – 4.000 mm pertahun, sehingga kelapa sawit akan berbuah lebih banyak di daerah dengan curah hujan yang tinggi. Dari hasil beberapa penelitian hal ini terbukti dimana jumlah pelepah yang dihasilkan tanaman kelapa sawit yang ditanam di Papua lebih banyak dibandingkan dengan yang di tanam di daerah Sumatera. Di Papua kelapa sawit dapat menghasilkan 28 – 30 pelepah pertahun sedangkan di Sumatera hanya menghasilkan 26 – 28 pelepah setiap tahunnya.
Temperatur optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit 24 – 28°C.Jadi ketinggian tempat yang ideal untuk kelapa sawit antara 1-500 mdpl (di atas permukaan laut). Kelembaban optimum yang ideal untuk tanaman kelapa sawit sekitar 80-90% dan kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Produksi kelapa sawit lebih tinggi jika ditanam di daerah bertanah Podzolik jika dibandingkan dengan tanah berpasir dan gambut.Di Jawa kelapa sawit tumbuh kurang optimal dikarenakan jenis tanah yang kurang sesuai dengan jenis tanah untuk pertumbuhan kelapa sawit.
Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut
Divisi : Embryophyta siphonagama
Kelas : Angiospermae
Ordo : Monocotyledonae
Family : Arecaceae
Subfamili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : 1. E.guineensis jacq
2. E. oleifera (H.B.K ) Cortes
3. E. odora
Varietas Kelapa Sawit
Kelapa sawit yang banyak dibudidayakan di Indonesia ada dua macam, yaitu E.guineensis dan E.oleifera.Jenis E.guineensis adalah jenis kelapa sawit yang banyak dibudidayakan di Indonesia.Pada dasarnya, kedua jenis tanaman ini memiliki keunggulan masing-masing.Jenis E.guineensis memiliki keunggulan produksi yang tinggi, sedangkan jenis E.oleifera, memiliki keunggulan pada ukuran atau tinggi pokok tanaman yang lebih rendah (Anonymous, 2012b).Apabila dilihat dari ketebalan cangkang buahnya, terdapat tiga tipe yaitu dura, tenera, dan pisifera.
– Dura
Dura adalah jenis buah sawit yang memiliki cangkang tebal, dapat dilihat dari penampakkan buahnya yang besar.Kandungan minyak pada tipe ini kurang lebih 18% pertandan (Anonymous, 2012b).
– Pisifera
Buah kelapa sawit jenis ini tidak memiliki cangkang, sehingga tidak menghasilkan minyak ekonomis.Jenis buah ini memiliki bunga betina yang sering steril (mandul), sehingga tanaman jenis ini cenderung jarang berbuah (Anonymous, 2012b).
– Tenera
Tenera adalah hasil persilangan antara induk betina dura dan induk jantan pisifera.Jenis buah pisifera inilah yang banyak dibudidayakan pada perkebunan kelapa sawit untuk produksi karena memiliki keunggulan yang melengkapi kekurangan pada jenis dura dan pisifera.Cangkang buah tipis, namun bunga tetap fertile.Kandungan minyak pertandan kurang lebih 28%(Anonymous, 2012b).
Buah Kelapa Sawit
Buah kelapa sawit terbentuk dari bunga betina yang diserbuki bunga jantan. Oleh karena itu, masing-masing buah akan tetap menempel pada spiklet-spiklet (manggar)bunga betina. Tandan bunga betina yang telah menjadi buah disebut tandan buah kelapa sawit atau Tandan Buah Segar (TBS).Setiap TBS pada tanaman dewasa umumnya terdiri dari 1.000-2.000 buah (Risza, 2004).
Setiap buah berdiameter 1,5-3cm. Berat setiap butir buah adalah 10-30 gram, sehingga satu TBS pada tanaman dewasa beratnya mencapai 10-40kg. Pada umur 3 tahun atau saat tanaman berbuah untuk pertama kali, berat TBS adalah 3-6kg, dan meningkat sejalan dengan pertambahan umur tanaman. Buah kelapa sawit yang telah terlepas atau terlepas dari tandannya dalam istilah umum perkebunan kelapa sawit disebut brondol atau brondolan (Risza, 2004).
Menurut Pahan (2008), buah kelapa sawit memiliki bagian perikarp dan biji. Berikut keterangan mengenai bagian-bagian buah kelapa sawit:
Perikarp memenuhi sekitar 80% bagian dari kelapa sawit.Kandungan minyak pada bagian ini mencapai 35-45%. Pada bagian perikarp dibagi menjadi dua, yaitu:
– Eksokarp, yaitu kulit terluar yang keras, berwarna kemerahan dan licin.
– Mesokarp, yaitu daging buah yang berserabut yang terdiri dari tenunan-tenunan serat kasar dan mengandung minyak dengan rendemen paling tinggi pada saat buah ma
Pada bagian biji dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
– Endokarp, yaitu tempurung buah kelapa sawit yang merupakan cangkang pelindung inti.Pada saat buah masih muda, tekstur endokarp masih lunak dan berwarna putih.Dan ketika buah sudah masak, tekstur endokarp menjadi lebih keras dan berwarna hitam.
– Kernel, yaitu inti buah kelapa sawit yang mengandung minyak Palm Kernel Oil (PKO) yang berwarna jernih dan bermutu tinggi.
– Lembaga atau embrio.
Berikut komposisi tiap 100 gram buah kelapa sawit
Komposisi | Kuantitas |
Total Karbohidrat
Protein Lemak Serat Abu H2O |
12.5 gr
1.9 gr 58.4 gr 3.2 gr 1.0 gr 23 gr |
(Pahan, 2008)
Terdapat 2 macam jenis buah kelapa sawit, yaitu buah sawit segar dan masih menempel pada tandan serta buah sawit brondolan lewat masak.Buah sawit segar dan masih menempel pada tandan adalah buah sawit segar dan baru dipanen dari kebun dengan ditandai warnanya yang berwarna merah mengkilat dan atau oranye, serta ditandai dengan buah memberondol sekitar 12,5 – 50% dari janjang. Buah sawit brondolan lewat masak adalah buah yang sudah membusuk ditandai dengan warnanya yang mulai merah menghitam, memberondol dari janjang lebih dari 50% dan mengalami penundaan lebih dari 48 jam setelah pemanenan.
Kelapa sawit merupakan salah satu jenis buah klimaterik. Klimakterik merupakan suatu fase yang banyak terjadi perubahan setelah proses pemanenan (Zimmermar, 1961). Klimakterik juga diartikan sebagai suatu keadaan auto stimulation dalam buah sehingga buah menjadi matang yang disertai dengan adanya peningkatan proses respirasi (Hall, 1984). Klimakterik merupakan fase peralihan dari proses pertumbuhan menjadi layu, meningkatnya respirasi tergantung pada jumlah etilen yang dihasilkan serta meningkatnya sintesis protein dan RNA (Heddy, 1989).
Recent Comments