Home » artikel » Rumput Laut Coklat (Sargassum polycystum)

Rumput Laut Coklat (Sargassum polycystum)

30 September 2015

Rumput Laut Coklat (Sargassum polycystum)

Sargassum polycystum merupakan salah satu contoh alga coklat yang mempunyai holdfast, stipe sertablade. Tubuh Sargassum polycystum  didominasi oleh warna coklat dengan bentuk talus silindris. Tubuh utama bersifat diploid atau merupakan sporofit, yang mana talusnya mempunyai cabang yang menyerupai tumbuhan angiospermae. Rumput laut jenis ini memiliki penampakan bentuk agak gepeng, licin dan batang utama agak kasar. Sargassum polycystum memiliki air badder yang berfungsi untuk mengapung jika terendam air pada saat air di daerah intertidal pasang dan juga sebagai cadangan air saat terhempas ke tepi pantai (Sulisetjono, 2009).

Holdfast yang terdapat pada Sargassum polycystum keras dan kaku ketika dipegang. Begitu juga tekstur pada stipenya. Akan tetapi, berbeda dengan bladenya. Apabila dipegang akan terasa lebih lunak dan mudah untuk dipatahkan (Tjitrosoepomo, 1989). Habitat dari Sargassum polycystum berada di zona pasang surut karena membutuhkan cahaya matahari untuk berfotosintesis. Pigmen fotosintesis yang dimiliki oleh divisi Phaeophyta ini adalah klorofil a dan c. Dengan pigmen lain yang dimilikinya adalah karoten serta xantofil. Cadangan makan pada Sargassum polycystum berupa laminarin dan manihol. Sedangkan dinding sel pada spesies ini adalah selulosa, pektin serta asam alginat. Menurut Sulisetjono (2009) Sargassum polycystum bereproduksisecara vegetatif, sporik dan gametik.

Klasifikasi tumbuhan Sargassum polycystum adalah sebagai berikut :

Kingdom        : Plantae

Divisio            : Phaeophyta

Class               : Phaeophyceae

Ordo                : Fucales

Family            : Sargassaceae

Genus             : Sargassum

Species          : Sargassum polycystum

Alga coklat memiliki kandungan senyawa aktif yang dapat berfungsi sebagai antioksidan alami diantaranya phlorotannin dari golongan fenol dan juga mengandung pigmen fucoxanthin serta xantofil.Senyawa aktif berupa antioksidan yang terkadung di dalam alga coklat tersebut pembentukannya bisa dipengaruhi oleh berbagai kondisi seperti lingkungan dan sinar matahari dimana perubahan lingkungan (musim dan iklim) dapat menyebabkan perubahan unsur kimia pada alga tersebut.  Heydari et al., (2012) melaporkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas antioksidan pada alga merah dan alga coklat antara lain perubahan musim, perubahan iklim, tingkat salinitas, kedalaman, stress lingkungan, site (tempat) pengambilan yang dibedakan menjadi middle intertidal (bagian mendekati permukaan air laut) dan low intertidal (bagian mendekati dasar laut) dan juga pergerakan air. Dalam penelitian tersebut dilaporkan bahwa alga merah spesies G.corticata yang diambil dari bagian low intertidal memiliki aktivitas antioksidan yang rendah karena adanya stress lingkungan seperti temperatur yang tidak cocok dan juga radiasi sinar matahari yang kurang. Sementara alga coklat S.tenerrimum yang diambil dari daerah middle intertidal menunjukkan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi karena stress lingkungan yang terjadi lebih rendah.

Indu et al.,(2013) dalam penelitiannya tentang aktivitas antioksidan pada berbagai jenis rumput laut (alga merah C.linum, alga coklat S.wightii, dan alga hijau G.lithophila) di laut tenggara India dengan mengggunakan metode DPPH dan FRAP melaporkan bahwa total aktivitas antioksidan tertinggi ditemukan pada alga coklat S.wightii. Sebaliknya aktivitas antioksidan terendah ditemukan pada alga hijau (G.lithophila). Dalam studi tersebut juga dilaporkan bahwa aktivitas antioksidan berhubungan erat dengan kandungan total fenol yang terdapat pada sampel alga dimana sampel dengan kandungan total fenol yang tinggi juga memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan sampel dengan total fenol rendah. Hal tersebut juga didukung dengan hasil penelitian Farasat et al., (2013) yang menggunakan sampel berupa alga hijau dengan metode DPPH dimana terjadi hubungan yang signifikan antara aktivitas antikosidan dengan total fenol yang terdapat di dalam sampel. Di dalam laporan tersebut juga dijelaskan bahwa total fenol merupakan komponen penyumbang antioksidan tertinggi pada alga hijau disamping adanya chlorophyl.

Didukung dengan penelitian Kalman et al.,(2012) yang melaporkan bahwa rumput laut coklat (Turbinaria ornat) dari kepulauan Hawai yang diuji dengan FRAP memiliki aktivitas antioksidan yang paling tinggi diantara seluruh alga (37 spesies yang terdiri dari rumput laut coklat, merah, dan hijau) yang diujikan dalam penelitian tersebut. Dalam studi tersebut juga dilaporkan bahwa rumput laut coklat Sargassum sp. memiliki aktivitas antioksidan yang paling tinggi dibandingkan rumput laut merah dan hijau serta komponen antioksidan utama yang terdapat pada Sargassum sp. merupakan senyawa polifenol.

Menurut Matanjun et al., (2008), ekstrak methanol Sargassum polycystum memiliki kandungan total fenol sebesar 45.16 mg ekuivalen Pholoroglucinol/gram ekstrak dengan perolehan rendemen sebesar 4.05%. Kandungan total fenol yang terdapat pada rumput laut juga dipengaruhi oleh musim. Hasil penelitian Budhiyanti et al., (2012) menunjukkan bahwa Sargassum sp. yang dipanen selama musim kemarau memiliki total fenol, persen inhibisi, dan kemampuan mengkelat logam yang lebih tinggi dibandingkan dengan Sargassum sp. yang dipanen selama musim hujan. Hal tersebut menunjukkan bahwa level antioksidan pada rumput laut dipengaruhi oleh paparan sinar UV.

Selain itu site atau tempat pengambilan rumput laut juga berpengaruh tehadap aktivitas antioksidan. Rumput laut Sargassum sp. yang diambil dari Jepara menunjukkan aktivitas antioksidan (total fenol, persen inhibisi, dan kemampuan mengkelat logam) yang lebih rendah dibandingkan Sargassum sp. yang diambil dari kawasan Gunung Kidul. Jepara merupakan wilayah di pesisir utara Pulau Jawa yang memiliki ombak rendah dan cenderung tenang. Sementara Gunung Kidul yang terletak di pesisir selatan Pulau Jawa terkenal memiliki ombak yang besar dan tinggi, namun pada musim kemarau ombak tersebut mengalami penurunan. Selain itu posisi Gunung Kidul memungkinkan daerah tersebut mengalami radiasi sinar matahari lebih lama dibandingkan Jepara (Budhiyanti et al., 2012).

Karotenoid merupakan senyawa yang banyak menyumbang aktivitas antioksidan pada rumput laut coklat (Phaeophyta). Stuktur karotenoid dibagi dalam dua kelompok besar yaitu yang pertama adalah karoten (α-karoten, β-karoten, dan likopen) yang merupakan hidrokarbon tanpa adanya molekul oksigen. Sedangkan kelompok kedua adalah xantophil  (lutein, zeazanthin, astasantin, dan fukosatin) yang mengandung oksigen dengan gugus hidroksil, metoksi, karboksil, dan keto. Fukosantin merupakan salah satu pigmen berwarna oranye kecoklatan yang dihasilkan pada biosintesis karotenoid. Fukosantin merupakan karotenoid dominan dan bersifat polar sehingga pelarut organik polar umum digunakan dalam proses ekstraksi rumput laut coklat, karena efisiensi proses ekstraksi sangat ditentukan oleh struktur kimia dari setiap karotenoid yang terdapat dalam sampel tersebut. Fukosantin memiliki aktivitas biologi yang berperan dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan diantaranya yaitu antikanker, antiinflamasi, dan pengangkal radikal bebas.

Rumput laut dapat menimbun sumber pigmen karotenoid hasil dari fotosintesis yang terdapat di thallus dengan bantuan klorofil a yang merupakan pigmen utama dalam proses fotosintesis. Melalui proses fotosintesis rumput laut menimbun cahaya (light harvesting) secara kumulatif di thallus seperti pada tanaman darat yang berada di daun untuk menghasilkan pigmen utama yaitu klorofil a dan pigmen pelengkap yaitu karotenoid. Pada hewan dan manusia tidak dapat menghasilkan pigmen karotenoid, melainkan mendapatkannya melalui asupan makanan. Pada rumput laut coklat diantaranya yaitu Sargassum duplicatum, Sargassum filipendula, Sargassum polycystum, Padina australis,dan Turbinaria conoidestelah ditemukan beberapa jenis karotenoid yang teridentifikasi antara laintrans fukosatin, cis fukosantin, β-kriptosantin, seaksantin, violasantin, β-karoten, dan feofitin a.

Fukosantin merupakan senyawa karotenoid yang dominan terdapat pada rumput laut coklat. Peng et al., (2011) menyatakan bahwa fukosantin adalah salah satu dari kelimpahan karotenoid dan berkontribusi lebih dari 10% dari jumlah total produksi karotenoid alam, khususnya di lingkungan laut. Fukosantin dapat dimanfaatkan sebagai suplemen antioksidan tambahan untuk penanganan kanker yang dikombinasi dengan obat kanker (cisplatin) itu sendiri selama proses kemoterapi. Fukosantin juga tidak memberikan pengaruh terhadap efektivitas dari obat kanker cisplatin tersebut, sehingga karotenoid jenis ini dianjurkan untuk ditambahkan pada pasien kanker yang sedang menjalani kemoterapi. Namun sejauh ini masih belum diketahui secara pasti mekanisme kerja fukosantin yang ikut membantu obat kanker dalam menekan pertumbuhan sel kanker (Mise dan Yasumoto, 2011).

artikel