Kulit Jeruk Bali
Kulit Jeruk Bali
Kulit buah jeruk bali mengandung senyawa-senyawa bioaktif seperti flavanoid, alkaloid, vitamin C, likopen, serta yang paling dominan adalah pektin dan tanin. Selama ini hampir 50% kulit jeruk bali belum sepenuhnya termanfaatkan (Menteri Pertanian RI. 2010). Berdasarkan hal tersebut maka kulit buah jeruk bali memiliki potensi yang cukup besar untuk digunakan sebagai antibakteri (Orwa, 2009).
Warna kulit buah jeruk bali bervariasi dari hijau gelap sampai ke hijau kekuningan setelah masak. Diameter buah rata-rata sekitar 20 cm. Kulit buah sangat tebal dan bergabus. (Scora RW and Nicolsion DH. 1986).
Terdapat tujuh varietas jeruk bali. Ketujuh varietas tersebut adalah 1. Nambangan; 2. Nambangan Merah; 3. Nambangan Putih; 4. Magetan Tanpa Biji; 5. Sri Nyonya; 6. Ades Duku dan 7. Gulung. (Menteri Pertanian RI).
Senyawa fenolik meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari tumbuhan yang mempunyai ciri yang sama, yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau dua gugus -OH. Senyawa fenolik di alam mempunyai variasi struktur yang luas, mudah ditemukan di semua tanaman, daun, bunga, buah, dan kulit buah. Ribuan senyawa fenolik alam telah diketahui strukturnya, antara lain flavonoid, fenol monosiklik sederhana, fenil propanoid, polifenol (lignin, melanin, tanin), dan kuinon fenolik (Fauziah, 2008).
Banyak senyawa fenol alami mengandung sekurang-kurangnya satu gugus hidroksil dan lebih banyak yang membentuk senyawa eter, ester, atau glikosida daripada senyawa bebasnya. Senyawa ester atau eter fenol tersebut memiliki kelarutan yang lebih besar dalam air dari pada senyawa fenol dan senyawa glikosidanya. Dalam keadaan murni, senyawa fenol berupa zat padat yang tidak berwarna, tetapi jika teroksidasi akan berubah menjadi gelap. Kelarutan fenol dalam air akan bertambah jika gugus hidroksil semakin banyak (Fauziah, 2008). Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air karena umumnya sering kali berikatan dengan gula sebagai glikosida, dan biasanya terdapat dalam vakuola sel (Utami, 2008).
Menurut Pambayun dkk. (2007) senyawa yang bersifat antibakteri pada kulit jeruk bali adalah golongan senyawa fenolik. Pada tahun 1923, Freudenberg dan Purrman telah mengisolasi dua komponen polifenol dari ekstrak kering jeruk bali, yaitu tanin. Analisis kuantitatif kandungan total flavan dengan menggunakan metode estimasi asam vanilin dengan kisaran antara 22 -27 % dan dilakukan analisa dengan RP-HPLC yaitu kadar tanin sebesar 23 %, epikatekin 1,5 % dan katekin 1% (Kassim et al., 2011). Berdasarkan hasil penelitian Nonaka (1980) dalam Kassim et al. (2011) diketahui bahwa dalam kulit jeruk bali terdapat pektin dan senyawa tanin sebagai komponen utama disertai dengan bentuk dimer dan oligomernya.
Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik. Hampir semua alkaloid dialam mempunyai keaktifan biologis dan memberikan efek fisiologis tertentu pada mahluk hidup. Senyawa alkaloid juga merupakan senyawa organik terbanyak yang ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik daun-daunan yang berasa sepat dan pahit biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain pada daun-daunan, senyawa alkaloid dapat ditemukan pada akar, biji ranting, dan kulit buah serta kayu. (Switaning, 2010)
Fungsi alkaloid dalam tumbuhan sejauh ini belum diketahui secara pasti, beberapa ahli pernah mengungkapkan bahwa alkaloid diperkirakan sebagai pelindung tumbuhan dari serangan hama penyakit, pengatur tumbuh atau sebagai basa mineral untuk mempertahankan keseimbanagan ion (Ahira, 2008).
Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbanyak terdapat di alam, senyawa-senyawa ini bertanggung jawab terhadap zat warna merah, ungu, biru dan sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan. Semua flavonoid menurut strukturnya merupakan turunan senyawa induk “flavon” yakni nama sejenis flavonoid yang terbesar jumlahnya dan juga lazim ditemukan, yang berupa tepung putih pada tumbuh-tumbuhan. Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glikosida, dan dalam bentuk campuran jarang sekali di jumpai berupa senyawa tunggal. (Anonymous, 2012)
Tanin merupakan zat organik yang sangat kompleks dan terdiri dari senyawa fenolik. Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Tanin terdiri dari sekelompok zat – zat kompleks terdapat secara meluas dalam dunia tumbuh – tumbuhan, antara lain terdapat pada bagian kulit kayu, batang, daun, dan buah -buahan (Hidayati, 2009). Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin, yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis (galotanin). Tanin terkondensasi atau flavolan secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan cara kondensasi katekin tunggal (galokatekin) yang membentuk senyawa dimer dan kemudian oligomer yang lebih tinggi. Ikatan karbon-karbon menghubungkan satu flavon dengan satuan berikutnya melalui ikatan 4-6 atau 6-8. Kebanyakan flavolan mempunyai 2-20 satuan flavon (Utami, 2008). Tanin terhidrolisis biasanya berupa senyawa amorf, higroskopis, dan berwarna coklat kuning yang larut dalam air (terutama air panas). Tanin disebut juga asam tanat, galotanin atau asam galotanat, memiliki titik leleh 305oC, titik didih 127oC, dan kelarutan dalam air 0,656 gr dalam 1ml (70oC) (Hidayati, 2009).
Recent Comments