Singkong (Manihot esculenta Crantz)
Singkong (Manihot esculenta Crantz)
Daerah Asal dan Penyebaran
Singkong (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman perdu.Penyebaran tanaman singkong di Nusantara terjadi pada sekitar tahun 1914-1918, yaitu saat terjadi kekurangan atau sulit pangan.Tanaman singkong dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang memiliki ketinggian sampai dengan 2.500 m dari permukaan laut.Demikian pesatnya tanaman singkong berkembang di daerah tropis sehingga singkong dijadikan sebagai bahan makanan pokok ketiga setelah padi dan jagung.Pada daerah yang kekurangan pangan tanaman ini merupakan makanan pengganti (substistusi) serta dapat pula dijadikan sebagai sumber karbohidrat utama.Adapun sentra produksi singkong di Nusantara adalah Jawa, Lampung, dan NTT (Sunarto, 2002).Umumnya tanaman ini dibudidayakan oleh manusia terutama adalah untuk diambil umbinya, sehingga segala upaya yang selama ini dilakukan adalah untuk mempertinggi produksinya.
Taksonomi dan Morfologi
Dalam sistematika (taksonomi) tanaman singkong/ketela pohon diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom Plantae (tumbuh- tumbuhan), Divisio Spermatophyta (tumbuhan berbiji), Subdivisio Angiospermae (biji tertutup), Kelas Dicotyledonae (biji berkeping dua), Ordo Euphorbiales, Famili Euphorbiaceae, Sub Famili Manihotae, Genus Manihot, dan Species Manihot esculenta Crants ( Suprapti, 2005 ).
Singkong/ketela pohon mempunyai banyak nama daerah seperti ketela, keutila, ubi kayee (Aceh), ubi parancih (Minangkabau), ubi singkung (Jakarta), batata kayu (Manado), bistugkel (Sunda), bolet, kasawe, kaspa, kaspe, ketela budin, katela jendral, katela kaspe, katela mantri, katela marikan, katela menyog, katela poung, katela prasman, katela sabekong, katela samunah, katela tapah, katela cengkol, telo pohung (Jawa), blandong, manggala menyok, puhung, pohog, sabhrang balandha, sawe, sawi, tela balandha, tengsag (Madura), kesawi, ketela kayu, sabrang sawi (Bali), kasubi (Gorontalo), lame kayyu (Makasar), lame aju (Bugis), kasibi (Ternate, Tidore) (Purwono, 2009).
Jenis Singkong
Singkong yang sering dijumpai memiliki rasa yang manis, namun selain itu juga ada yang berasa pahit. Biasanya singkong dengan kadar sianida tinggi memiliki rasa yang pahit. Dari dasar itulah secara lokal singkong dibagi menjadi singkong pahit dan singkong manis (Koswara, 2004). Beberapa varietas singkong yang dikeluarkan pemerintah berupa varietas unggul yang dilepas tahun 1978 yang memiliki rasa enak dan kualitas rebus yang baik, seperti : Adira-1, Malang-1, dan Darul Hidayah. Sisanya, termasuk Adira-4 yang dilepas tahun 1987 dan sampai sekarang masih cukup luas ditanam petani namun memiliki rasa pahit. Selain itu, yang dilepas terakhir yaitu : Malang-4 dan Malang-6. Juga varietas UJ-3 dan UJ-5 yang dilepas kemudian (Roja, 2009).
Pemanfaatan singkong dikelompokkan menjadi dua, yaitu sebagai bahan baku tapioka (tepung tapioka atau gaplek) dan sebagai pangan langsung. Singkong sebagai pangan langsung harus memenuhi syarat utama, yaitu tidak mengandung racun sianida (≥ 50 mg per kg umbi basah). Sementara itu, singkong untuk bahan baku industri tidak disyaratkan adanya kandungan protein maupun ambang batas sianida, tapi yang diutamakan adalah kandungan karbohidrat yang tinggi (Muchtadi dkk., 1992).
Dari 16 varietas unggul singkong yang telah dilepas Departemen Pertanian hingga saat ini, Adira-4, Malang-4, Malang-6, UJ-3, dan UJ-5 memiliki karakter yang sesuai dengan kriteria tersebut. Sifat penting dari keempat varietas ini adalah : (1) Daun tidak cepat gugur; (2) Adaptif pada tanah ber-pH tinggi dan rendah; (3) Adaptif pada kondisi populasi tinggi sehingga dapat menekan pertumbuhan gulma; dan (4) Dapat dikembangkan pada pola tumpang sari (Wargiono, dkk., 2006).
Varietas Unggul Singkong yang Sesuai untuk Bahan Baku Industri Beserta Karakteristiknya
Varietas |
Tahun Dilepas |
Karakteristik |
||||
Umur
(bln) |
Hasil Umbi (t/ha) | Kadar pati
(%bb) |
Kadar
HCN (mg/kg) |
Keterangan | ||
Adira 2 | 1978 | 8-12 | 22 | 41* | 124.0 | -Pahit
-Sesuai untuk bahan baku industri -Cukup tahan tungu merah (Tetranichubi maculatus) -Tahan penyakit layu Pseudomonas solanacearum |
Adira 4 | 1978 | 10 | 35 | 20-22 | 68.0 | -Pahit
-Sesuai untuk bahan baku industri -Cukup tahan tungu merah (Tetranichubi maculatus) -Tahan penyakit layu Pseudomonas solanacearum dan Xanthomonas manihotis |
UJ-3 | 2000 | 8-10 | 20-35 | 20-27 | >100.0 | -Pahit
-Sesuai untuk bahan baku industri -Agak tahan bakteri hawar daun (Cassava Bacterial Blight) |
UJ-5 | 2000 | 9-10 | 25-38 | 19-30 | >100.0 | -Pahit
-Sesuai untuk bahan baku industri -Agak tahan CBB (Cassava bacterial Blight) |
Malang 4 | 2001 | 9 | 39,7 | 25-32 | >100.0 | -Pahit
-Sesuai untuk bahan baku industri -Cukup tahan tungu merah (Tetranichubi maculatus) -Adaptif terhadap hara sub-optimal |
Malang 6 | 2001 | 9 | 36,4 | 25-32 | >100.0 | -Pahit
-Sesuai untuk bahan baku industri -Cukup tahan tungu merah (Tetranichubi maculatus) -Adaptif terhadap hara sub-optimal |
Sumber :Puslitbangtan (1993); Wargiono, dkk. (2006); Balitkabi (2004); Balitkabi (2005).
Komposisi Kimia
Singkong merupakan salah satu sumber pangan yang berkarbohidrat tinggi.Karbohidrat dalam singkong didominasi oleh pati.Pada daerah yang kekurangan pangan tanaman ini merupakan makanan pengganti (substistusi) serta dapat pula dijadikan sebagai sumber karbohidrat utama (Sunarto, 2002). Jenis polisakarida yang menyusun umbi singkong antara lain pati, seluosa, dan hemiselulosa (Winarno, 2004). Komposisi kimia dapat dilihat seperti pada tabel berikut:
Tabel Komposisi Kimia Singkong
Komponen |
Komposisi |
|
Singkong Segar (%) (a) | Tepung Singkong (%) (b) | |
Air | 57.00 | 8.65 |
Abu | 2.46 | 2.55 |
Lemak | – | 6.54 |
Protein | – | 1.81 |
Karbohidrat (by difference) | 85.86 | 80.45 |
|
74.81 | 62.54 |
|
11.05 | 2.69 |
v Selulosa | – | 0.36 |
v Hemiselulosa | – | 1.88 |
v Lignin | – | 0.02 |
Sumber :(a) Susmiati (2010), (b) Arnata (2009)
Karbohidrat yang terkandung dalam singkong terdiri dari serat kasar dan pati.Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin yang berfungsi sebagai penguat tekstur. Komponen karbohidrat merupakan bahan baku utama yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan etanol (Winarno, 1992).
Singkong mengandung banyak manfaat untuk kebutuhan tubuh.Selain mengandung karbohidrat, singkong juga mengandung protein, vitamin, zat besi, kalsium, dan fosfor.Kandungan zat besi yang tinggi terdapat pada kulit dibandingkan dalam umbi.Sianida dikelompokkan sebagai senyawa racun dan merupakan faktor pembatas dalam pemanfaatan tanaman singkong (Akinfala et al., 2002).Kandungan gizi singkong dapat dilihat dalam Tabel berikut:
Tabel Kandungan Gizi dalam Tiap 100 g Singkong
No | Unsur Gizi | Singkong Putih | Singkong Kuning |
1 | Kalori (kal) | 146.00 | 157.00 |
2 | Protein (g) | 1.20 | 0.80 |
3 | Lemak (g) | 0.30 | 0.30 |
4 | Karbohirat (g) | 34.70 | 37.90 |
5 | Kalsium (mg) | 33.00 | 33.00 |
6 | Fosfor (mg) | 40.00 | 40.00 |
7 | Zat Besi (mg) | 0.70 | 0.70 |
8 | Vitamin A (SI) | 0 | 385.0 |
9 | Vitamin B1 (mg) | 0.06 | 0.06 |
10 | Vitamin C (mg) | 30.0 | 30.0 |
11 | Air (g) | 62.50 | 60.00 |
12 | Bagian dapat dimakan (%) | 75.00 | 75.00 |
Sumber : Direktorat Gizi, Depkes R.I.,1981 (Sunarto, 2002)
Selain kandungan gizi di atas, singkong juga mengandung racun yang dalam jumlah besar cukup berbahaya.Racun singkong yang selama ini dikenal adalah Asam biru atau Asam sianida (HCN).Baik daun maupun umbinya mengandung suatu glikosida sianogen, artinya suatu ikatan organik yang dapat menghasilkan HCN yang bersifat sangat toksik (Sosrosoedirdjo, 1993).
Besarnya racun dalam singkong setiap varietas tidak konstan dan dapat berubah. Hal ini disebabkan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu antara lain : keadaan iklim, keadaan tanah, cara pemupukan dan cara budidayanya (Sosrosoedirdjo, 1993).
Recent Comments