Home » artikel » Tanaman Jarak Cina (Jatropha multifida L.)

Tanaman Jarak Cina (Jatropha multifida L.)

30 October 2015

Tanaman Jarak Cina (Jatropha multifida L.)

Jatropha multifida adalah tanaman semak endemik Amerika Selatan, termasuk dalam marga Euphorbiceae.  Jarak Cina ditemukan tumbuh subur di kawasan Asia Selatan, seperti Thailand dan Indonesia.  Oleh masyarakat Indonesia, tanaman ini disebut juga tanaman Yodium yang dipercaya mempunyai kandungan obat sehingga sering digunakan untuk mengobati luka baru (Kosasi et al., 1989).  Tanaman ini banyak ditemukan di halaman rumah masyarakat sebagai tanaman hias, dapat tumbuh hingga 3 meter, mempunyai karakteristik pohon seperti pohon Jarak pada umumnya, namun daunnya tidak selebar daun jarak biasa (jarak pagar).

Jarak Cina telah banyak dimanfaatkan dalam bidang medis terutama untuk mengobati infeksi.  Pada penelitian yang dilakukan oleh Muntiaha dkk. (2014), krim getah Jarak Cina konsentrasi 10% dapat mempercepat proses penyembuhan luka sayat terinfeksi Staphylococcus aureus pada kelinci.  Penelitian dalam bidang medis yang lain dilakukan oleh Dougnon et al. (2012), menunjukkan adanya aktivitas hemostatik yaitu dapat mengurangi waktu pendarahan pada luka dalam tikus.  Dari kedua contoh penelitian tersebut, aktivitas antimikroba dan hemostatik dihasilkan oleh senyawa flavonoid dan tanin yang terdapat dalam tanaman Jarak Cina.

Selain flavonoid dan tanin, terdapat beberapa senyawa lain yang dilaporkan pada penelitian Jarak Cina berdasarkan review yang dilakukan oleh Sabandar (2010), terdapat komponen fitokimia lain : multidione, multifidone, multifolone, (4E)-jatrogossidentadione, (4E)-jatrogossidentadione acetate, labaditin, biobellein, multifidol, multifidin A dan multifidol glucoside.  Pada tanaman Jarak Cina terdapat pula toksin dari golongan toxalbumin bernama jatropine yang dapat menyebabkan aglutinasi dan hemolisis sel darah merah.

Ekstrak Jarak Cina dengan metode maserasi telah dilaporkan mempunyai aktivitas aktimikroba pada beberapa penelitian.  Ekstrak Jarak Cina dengan konsentrasi 0,7 mg/ml mempunyai aktivitas antimikroba tertinggi (diameter hambatan) terhadap Eschericia coli (7 mm)dan Staphylococcus aureus(15 mm), namun pada Candida albicans diameter hambatan sebesar 15 mm didapat pada penambahan ektsrak dengan konsentrasi 12 mg/ml(Sari dan Sari, 2011).  Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Aransiola et al. (2014) menggunakan getah Jarak Cina, diameter hambat terhadap Eschericia coli didapat mulai penambahan getah Jarak Cinapada konsentrasi 66 mg/ml dan 16 mg/ml terhadap Staphylococcus aureus.  Diameter hambat paling tinggi didapat pada penambahan getah Jarak Cina konsentrasi 1050 mg/ml yaitu sebesar 14 mm pada Eschericia coli dan 20 mm Staphylococcus aureus.Darmawi dkk. (2013) juga melaporkan bahwa getah Jarak Cina dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus sebesar 13 mm pada penambahan konsentrasi 25% dan 15,7 mm pada penambahan konsentrasi 100%.  Aktivitas antimikroba tersebut dikarenakan adanya senyawa flavonoid dan tanin (Muntiaha dkk., 2014).

Ekstraksi pada Tanaman Jarak Cina

Tanaman Jarak Cina mulai banyak dikembangkan di berbagai negara.  Beberapa penelitian terkait ekstraksi dari tanaman Jarak Cina dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol antara lain : yang dilakukan oleh Sari dan Sari (2011) yang digunakan sebagai antibakteri, Falodun et al. (2013) yang diaplikasikan sebagai anti inflamasi dan analgesik serta Latifah dkk. (2014) yang diaplikasikan pada penghantar konduktivitas.  Mayoritas senyawa target dari ekstraksi Jarak Cina adalah senyawa fenolik.

Selain dari golongan fenolik, Falodun et al. (2013) juga melaporkan adanya senyawa karbohidrat, glikosida, alkaloid dan saponin pada akar Jarak Cina, namun pada getah Jarak Cina tidak ditemukan senyawa alkaloid dan saponin (Dougnon et al., 2012).  Belum diketahui secara jelas kuantitas atau kadar dari masing-masing senyawa dari tanaman Jarak Cina karena pada penelitian yang telah dilakukan hanya sebatas uji kualitatif berdasarkan reaksi dan atau presipitasi dari mayoritas golongan senyawa kimia tanaman (metode standar) (Evans, 2002; Falodun et al., 2013 dan Dougnon et al., 2012).

artikel