Home » artikel » Angkak

Angkak

25 June 2015

Angkak

Angkak biasa disebut “Hong Qu” dalam bahasa jepang atau “Red Rice” dalam bahasa inggris (Anonymousa, 2012). Angkak merupakan hasil fermentasi beras (Oryza sativa) dengan menggunakan kapang Monascus purpureus sehingga memiliki penampakan berwarna merah (Kasim et al., 2005a). Umumnya angkak digunakan sebagai pewarna makanan di Negara Asia seperti Indonesia, Jepang, dan Filipina (Dhale, 2007). Hal tersebut diperkuat Indriati et al., (2012) dengan penelitian pembuatan terasi udang menggunakan pewarna alami yang berasal dari bubuk angkak. Hasilnya menunjukan penambahan bubuk angkak sebesar 0,5% dan 1,5% dengan konsentrasi garam 5% dapat meningkatkan warna terasi tanpa menyebabkan perubahan rasa, bau dan tekstur.

Angkak juga memiliki khasiat sebagai obat. Pattanagul et al., (2007) menyatakan bahwa angkak telah digunakan sejak dinasti Ming di China sebagai obat untuk meningkatkan sirkulasi darah dan menurunkan kolesterol darah. Bahkan hingga saat ini, angkak masih digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat Indonesia maupun Amerika. Di Amerika, angkak dijual dalam bentuk kapsul sebagai penurun kolesterol, sedangkan di Indonesia angkak umumnya digunakan sebagai suplemen untuk meningkatkan trombosit pada penyakit demam berdarah dengue atau DBD (Maharni et al., 2013). Gambar angkak ditampilkan pada Gambar berikut:

Proses fermentasi angkak dilakukan secara aerob dengan suhu 25-35, dengan waktu optimum selama 14 hari (Panda et al., 2008; Padmavathi dan Tanvi, 2013). Hasil akhir dari proses fermentasi ditandai dengan kenampakan beras berwarna merah. Hasil metabolit sekunder pada angkak berupa pigmen dan lovastatin yang diidentifikasi dapat dimanfaatkan sebagai penurun hiperkolesterol. Menurut Patakova (2013) lovastatin mampu bersifat sebagai penurun kolesterol karena dapat menghambat aktifitas enzim HMG-CoA reduktase penentu biosintesis kolesterol. Sifat tersebut yang banyak dimanfaatkan untuk mencegah aterosklerosis.

Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa penderita kolesterol yang diberi lovastatin mampu menurunkan kadar kolesterol hingga 30%. Penelitian yang dilakukan oleh Asadayanti (2011) menunjukkan pemberian serbuk angkak 0,1 gram selama 21 hari terhadap kadar kolesterol total tikus Sprague Dawley yang diberi pakan kolesterol, dapat menekan kenaikan kolesterol total sebesar 20,7% dibandingkan perlakuan kontrol tanpa pemberian serbuk angkak. Hal ini mengindikasikan bahwa serbuk angkak mengandung lovastatin yang terbukti dapat menurunkan kolesterol.

Efek toksisitas angkak terhadap hewan uji berupa tikus albino telah dilakukan oleh Kumari (2009). Pemberian angkak pada 0,5-5,0 g/kg berat badan tidak menyebabkan gejala toksisitas maupun kematian. Juga tidak tampak perbedaan signifikan terhadap berat badan tikus percobaan dibanding tikus kontrol, parameter hematologi, perubahan makroskopik dan mikroskopik pada organ vital. Studi yang dilakukan di UCLA dan dipublikasikan dalam American Journal mengemukakan bahwa pemberian 2400 mg angkak pada tikus dapat menurunkan kadar LDL, trigliserida, dan total kolesterol sesudah 8 minggu. Para peneliti juga tidak menemukan adanya efek samping gangguan hati dan ginjal sebelum dan sesudah perlakuan pada organ tubuh tikus (Kasim et al., 2006b).

artikel